Tulisan yang Menyembuhkan

 Pertama kali punya blog, saya menulis semua yang ada dipikiran saya. 

Tulisan acak-acakan sampai nama blognya pun tong sampah. 

Ini adalah blog ke-dua saya, yang tong sampah masih ada tentu saja, tapi di private, cukuplah saya yang baca tulisan ngga jelas dan postingan-postingan aneh ngga penting. 

Blog ini saya buat ketika saya hamil, saat itu saya memutuskan untuk menulis semua tentang urusan perhamilan & pengalaman saya disini. Tulisannya juga macam-macam, sesuai mood dan masih tetap ngga jelas. Semua saya simpan sebagai kenang-kenangan, bila suatu saat nanti kangen, atau Raya sudah besar, mungkin bisa juga baca-baca blog Mamihnya yang ngga jelas ini. Sosial media saya pun begitu, semua saya jadikan rekam jejak perjalanan kehamilan saya, anak, keluarga. 

Pada perjalannya, terjadi perubahan pada blog yang saya miliki. Perubahan yang awalnya dinikmati, tapi kemudian terasa tidak nyaman. Saya merasa tidak bebas lagi untuk menulis sesuatu, tujuan awal sebagai rekam jejak anak & keluarga masih ada tapi berubah makna, begitu pun sosial media. 

Jangan salah, saya menikmati perubahan tersebut, tapi lambat laun saya seperti kehilangan makna menulis. Padahal sebelumnya, menulis seperti terapi dan dapat mengosongkan otak saya yang sedang mumet tanpa harus berpikir, apakah akan ada orang yang baca, bagaimana tanggapan orang untuk tulisan saya, dan sejenisnya, kemudia saya terasa tersesat...

Seperti orang yang kehilangan tujuan, saya galau, ngga jelas dan mandek. Saya tidak bisa lagi menulis, bahkan hanya untuk tulisan ngga jelas, acak-acakan dan aneh pun saya ngga bisa. Saya tidak mendapatkan kebahagian sebanyak dulu, bukan berarti tidak senang, senang tapi tidak puas, happy but not content. 

Awalnya saya meninggalkan blog, ditengah kesibukan pekerjaan, dan mengurus anak-anak, saya meninggalkan blog ini. Kemudian seiring dengan kondisi pandemi dan keinginan fokus pada yang lebih berharga dikehidupan saya, saya mulai menutup akses sosial media dan tidak lagi menerima permintaan kerjasama. 

Setelah beberapa kali saya tidak dapat menuntaskan tulisan di blog ini, hari ini saya menulis tanpa berpikir, dan I did it. 

Tulisan ini mengalir tanpa konsep, tanpa preambul, tanpa inti cerita, dan mungkin tanpa akhir. 

Tulisan tanpa foto estetik, tanpa harapan dibaca, tanpa embel-embel lain. Tulisan murni menceritakan tentang tulisan,  tulisan yang menyembuhkan... 


Jakarta, 8 Mei 2021

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Back
to top