The UN Declaration on the Elimination of Violence Against Women states that:
"violence against women is a manifestation of historically unequal power relations between men and women" and that "violence against women is one of the crucial social mechanisms by which women are forced into a subordinate position compared with men" - sumber Wikipedia
Deklarasi PBB tentang anti kekerasan terhadap perempuan:
Kekerasan terhadap perempuan adalah Segala bentuk kekerasan berbasis gender yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan-penderitaan pada perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam lingkungan kehidupan pribadi.
***
***
Pengalama pertama saya mengenal kekerasan pada perempuan berasal dari orangtua saya sendiri. Awalnya hanya pertengkaran secara verbal, ditambah benda-benda melayang seperti piring/toples terbang, yang lama kelamaan meningkat menjadi kekerasan secara fisik pada nyokap.
Dulu sih saya ngga ngerti ada kejadian apaan, yg saya tau tiap pulang dari sekolah rumah berantakan, kopi, gula, piring, baju-baju Mamih semua bertebaran dimana-mana. Kemudian, pertengkaran yang terjadi semakin intens, setiap malam pasti nyokap-bokap berantem dengan suara kenceng, marah-marah ngga jelas dan penuh tangisan (saya sih yang nangis), biasanya kalau kayak gini saya & kakak-kakak berkumpul disatu kamar, sambil nutup kuping, soalnya takut.. Biasanya yang ikutan melerai kakak #1, tapinya ngga ngaruh juga sih... Pagi-pagi, mamih tetap berangkat kerja, dan bokap ngga tau deh kemana. Saya udah biasa naik bis sendiri ke sekolah - iyaaa, dari kelas 4 SD saya biasa naik bis sendiri ke sekolah yang lumayan agak jauh dari rumah - jadi ngga perlu ada yang nganter lagi.
Suatu pagi saya sempat ngintip nyokap kesulitan pake baju untuk ke kantor, dan dibantu sama Kakak #1, saya lihat punggung nyokap lebam-lebam sehingga beliau kesakitan dan kesulitan untuk memakai baju. Waktu itu saya belum tau, saya belum mengerti... Sekarang, rasanya sedih mengenang semua itu... So sad right..? Seorang Istri, Ibu dari anak-anak diperlakukan sedemikian rupa oleh suami yang seharusnya menjaga, dan melindungi sang istri hingga akhir hayat.. Apakah, suami tersebut lupa, setelah ijab qobul/akad nikah, dia membaca janji Sighat Ta’lik yang intinya berjanji dengan sesungguh hati bahwa suami akan mempergauli istrinya dengan baik (mu’asyarah bil ma’ruf) menurut ajaran Islam. Tidak akan meninggalkan istri, dan menyakiti badan atau jasmani istrinya di depan penghulu, para wali nikah, dan Allah. Apakah saat menyakiti istrinya sang suami lupa akan janji-janjinya?
Long short story, pengalaman ini berakhir ketika nyokap berpisah dari bokap...
Baca: Please Stop Call Me Broken Home Product
Tapi ternyata pengalaman ke dua saya tentang kekerasan pada perempuan sekarang justru dialami sendiri secara langsung.
Karena perpisahan orang tua, saya tumbuh menjadi seorang yang sangat tidak percaya diri. Ntah kenapa saya selalu mengangap diri saya lebih jelek, lebih bodoh, dan tidak pernah lebih baik dari orang lain. Ketika orang yang saya taksir ternyata juga menyukai saya, waaah saat itu dunia saya menjadi hanya untuk dirinya seorang tanpa dirinya saya bukan apa-apa.. (kurang percaya diri emang mengakibatkan kebodohan dan tidak menghargai diri sendiri dengan baik sehinga semua keputusan yang diambil hanya berdasarkan kebahagiaan untuk orang tertentu semata - imho)
Orang tersebut menjadi my center of attention and attraction, pokoknya saya jatuh cinta & jatuh hati sama dia sampai semua yang dia inginkan adalah perintah yang harus, wajib, kudu saya patuhi. Saya melupakan teman (karena saya ngga boleh main sama teman-teman saya), saya pun jauh dari keluarga (karena saya kerja ke Jakarta setelah kuliah demi dekat dengan dia).
Secara tidak sadar saya menderita secara psikologis, meski fisik saya baik-baik saja. Saya merasa ketakutan kalau tidak menyetujui semua perkataan dia. Semua gaya baju, bicara, dandan, dan semuanya diatur sesuai undang-undang yang dia berlakukan. Rambut saya harus panjang terurai, ngga boleh pendek, ngga boleh diikat, kalau rambut saya ikat, saya disebut mirip mbok-mbok, dan ketika saya potong pendek rambut, saya dibilang seperti pembantu, dan saya tidak boleh mengenakan hijab.. :(
Tapiiii, karena dulu namanya juga cinta, tahi ayam serasa coklat, saya ngga pernah mempermasalahkan hal itu. Padahal ternyata, itu sudah termasuk kekerasan terhadap perempuan secara verbal. Sampai akhirnya pada satu titik terjadi kekerasa fisik gara-gara hal sepele banget... Saya pengen cepat-cepat pulang karena pengen nonton Meteor Garden (hahaha Toming Se maaan), tapi dia ngga memperbolehkan karena masih pengen jalan-jalan. Didepan kosan saya didorong beberapa kali sampai terbentur pintu mobil, tas saya direbut sampai robek (bayangkan kekuatannya, tas aja sampe robek berhamburan...) dan bekas dorongannya itu menimbulkan lebam-lebam di lengan atas saya...
Meski begitu, saya tetap memaafkan dan dia berdalih, dorongannya waktu itu ngga keras kok.. (kalau ngga keras kenapa sampe lebam-lebam yak? #tanyakenapa). Ketika orang-orang kantor bertanya kenapa lengan saya lebam, saya cuman bilang keserempet metromini.. Yess, segitu saya ngebelain dia dan ngga mau kalau orang-orang tau kalau dia yang melakukan hal itu.
Suatu hari, saya lagi main-main ke tempat teman dan ngobrol sama Ibunya tentang keluarga, pernikahan, dan lain-lain. Entah dari mana awalnya, tiba-tiba beliau bilang sama saya: "Cowo itu harusnya menjaga cewenya, sekali dia mukul, akan terus mukul tanpa disadari. Kalau masih pacaran aja udah mukul, apalagi nanti setelah nikah?"
Disitu saya seperti tersadar, padahal saya ngga cerita apa-apa sama beliau, kok bisa tau ya..
Trus beliau juga bilang: "Kalau kita berani, ngga akan ada cowo yang berani mukul kita. Kalau dia pukul, balas pukul biar dia tau kalau kita ngga takut! Meskipun pasti tenaga mereka lebih kuat, tapi lawan, jangan diam aja"
Ketika akhirnya cowo yang saya idolakan ketahuan selingkuh, disitu saya berani nampar dia hahaha.. #eh meskipun akhirnya saya balik dianiaya sama dia.. But I make a statement that day, you cannot hurt me anymore.. Loe.. Gueh.. End! (yaiyalah masa udah digituin masih tetep mau sama dia.. duh rugi).
Baca: If I Could Turn Back the Hand of Time
Pengalaman pertama dan kedua mengenai kekerasan terhadap perempuan alhamdulillah membuat saya lebih kuat dan menjadi individu yang jutek seperti sekarang ini hahahahaha.
Tapi sayangnya, ternyata masih ada eman-teman saya yang mengalami kekerasan saat pacaran dan ketika rumah tangga :( Rasanya sedih ketika ada teman yang memberitahu saya bahwa hidungnya patah, kepala bocor, leher lebam, tangan patah karena kekerasan suaminya... Belum lagi trauma yang dirasakan oleh anak-anaknya karena melihat Ibu mereka dianiaya oleh Bapaknya, saya jadi flash back ke jaman saya kecil dulu.
Sulitnya nasihat apapun yang saya berikan selalu termentahkan, karena teman saya memikirkan anak-anaknya. Sulit melepaskan diri dari suami karena anak-anak masih sekolah dan alasan-alasan lain.
Saya jadi ingat sama nyokap dulu, pantas saja beliau meninggalkan kami dan pindah rumah, karena beliau harus menyelamatkan dirinya dulu daripada mendapatkan perlakukan seperti itu terus. "Nyawa Mamih harus diselamatkan dulu, baru Mamih nyelamatin kalian.. Mamih tau Bapak kalian ngga akan mukulin anak-anaknya" begitu ujarnya dulu.. Terbukti setelah nyokap memiliki tempat tinggal dan terasa aman untuk anak-anak, kami semua diboyong dan pindah tinggal bersama nyokap. Mungkin keputusan ini menurut orang lain tidak ideal, tapi keselamatan nyokap harus diutamakan, karena siapa yang akan melindungi anak-anak nanti, apabila nyokap ngga selamat...
So please, tulisan ini saya tujukan untuk teman tersayang yang sedang melewati masa-masa tidak menyenangkan dalam hidupnya. Saya tahu kamu kuat, menahan pukulan-pukulan yang dilayangkan padamu, tapi seberapa kuat tubuh itu akan menerimannya? Seberapa lama anak-anak harus melihat Ibunya berdarah-darah dan terkapar lemah? Saya mohon, stand up, be brave dan katakan stop pada kekerasan yang kamu alami...
Dukungan teman dan keluarga tentunya akan sangat berarti untukmu, jangan hanya diam, bicaralah, beranikan dirimu, seorang suami yang menyayangi dan menghargai perempuan tidak akan pernah menyakiti istrinya seujung jaripun, apalagi jika dia mengingat bahwa dia dilahirkan dari rahim Ibunya yang perempuan, dan rahimmu telah melahirkan anak-anak cantik yang juga perempuan..
Kekerasan dalam rumah tangga bukan masalah kecil, tolong dirimu sendiri... Apabila kamu butuh bantuan, kamu bisa menelepon KOMNAS Perempuan 021-3903963 atau email mail@komnasperempuan.go.id atau kamu mau aku yang telepon pun bisa, tapi tolong, enough is enough...
To my dearest friend...
Please help us to help you..
Dulu sih saya ngga ngerti ada kejadian apaan, yg saya tau tiap pulang dari sekolah rumah berantakan, kopi, gula, piring, baju-baju Mamih semua bertebaran dimana-mana. Kemudian, pertengkaran yang terjadi semakin intens, setiap malam pasti nyokap-bokap berantem dengan suara kenceng, marah-marah ngga jelas dan penuh tangisan (saya sih yang nangis), biasanya kalau kayak gini saya & kakak-kakak berkumpul disatu kamar, sambil nutup kuping, soalnya takut.. Biasanya yang ikutan melerai kakak #1, tapinya ngga ngaruh juga sih... Pagi-pagi, mamih tetap berangkat kerja, dan bokap ngga tau deh kemana. Saya udah biasa naik bis sendiri ke sekolah - iyaaa, dari kelas 4 SD saya biasa naik bis sendiri ke sekolah yang lumayan agak jauh dari rumah - jadi ngga perlu ada yang nganter lagi.
Suatu pagi saya sempat ngintip nyokap kesulitan pake baju untuk ke kantor, dan dibantu sama Kakak #1, saya lihat punggung nyokap lebam-lebam sehingga beliau kesakitan dan kesulitan untuk memakai baju. Waktu itu saya belum tau, saya belum mengerti... Sekarang, rasanya sedih mengenang semua itu... So sad right..? Seorang Istri, Ibu dari anak-anak diperlakukan sedemikian rupa oleh suami yang seharusnya menjaga, dan melindungi sang istri hingga akhir hayat.. Apakah, suami tersebut lupa, setelah ijab qobul/akad nikah, dia membaca janji Sighat Ta’lik yang intinya berjanji dengan sesungguh hati bahwa suami akan mempergauli istrinya dengan baik (mu’asyarah bil ma’ruf) menurut ajaran Islam. Tidak akan meninggalkan istri, dan menyakiti badan atau jasmani istrinya di depan penghulu, para wali nikah, dan Allah. Apakah saat menyakiti istrinya sang suami lupa akan janji-janjinya?
Long short story, pengalaman ini berakhir ketika nyokap berpisah dari bokap...
Baca: Please Stop Call Me Broken Home Product
Tapi ternyata pengalaman ke dua saya tentang kekerasan pada perempuan sekarang justru dialami sendiri secara langsung.
Karena perpisahan orang tua, saya tumbuh menjadi seorang yang sangat tidak percaya diri. Ntah kenapa saya selalu mengangap diri saya lebih jelek, lebih bodoh, dan tidak pernah lebih baik dari orang lain. Ketika orang yang saya taksir ternyata juga menyukai saya, waaah saat itu dunia saya menjadi hanya untuk dirinya seorang tanpa dirinya saya bukan apa-apa.. (kurang percaya diri emang mengakibatkan kebodohan dan tidak menghargai diri sendiri dengan baik sehinga semua keputusan yang diambil hanya berdasarkan kebahagiaan untuk orang tertentu semata - imho)
Orang tersebut menjadi my center of attention and attraction, pokoknya saya jatuh cinta & jatuh hati sama dia sampai semua yang dia inginkan adalah perintah yang harus, wajib, kudu saya patuhi. Saya melupakan teman (karena saya ngga boleh main sama teman-teman saya), saya pun jauh dari keluarga (karena saya kerja ke Jakarta setelah kuliah demi dekat dengan dia).
Secara tidak sadar saya menderita secara psikologis, meski fisik saya baik-baik saja. Saya merasa ketakutan kalau tidak menyetujui semua perkataan dia. Semua gaya baju, bicara, dandan, dan semuanya diatur sesuai undang-undang yang dia berlakukan. Rambut saya harus panjang terurai, ngga boleh pendek, ngga boleh diikat, kalau rambut saya ikat, saya disebut mirip mbok-mbok, dan ketika saya potong pendek rambut, saya dibilang seperti pembantu, dan saya tidak boleh mengenakan hijab.. :(
Tapiiii, karena dulu namanya juga cinta, tahi ayam serasa coklat, saya ngga pernah mempermasalahkan hal itu. Padahal ternyata, itu sudah termasuk kekerasan terhadap perempuan secara verbal. Sampai akhirnya pada satu titik terjadi kekerasa fisik gara-gara hal sepele banget... Saya pengen cepat-cepat pulang karena pengen nonton Meteor Garden (hahaha Toming Se maaan), tapi dia ngga memperbolehkan karena masih pengen jalan-jalan. Didepan kosan saya didorong beberapa kali sampai terbentur pintu mobil, tas saya direbut sampai robek (bayangkan kekuatannya, tas aja sampe robek berhamburan...) dan bekas dorongannya itu menimbulkan lebam-lebam di lengan atas saya...
Meski begitu, saya tetap memaafkan dan dia berdalih, dorongannya waktu itu ngga keras kok.. (kalau ngga keras kenapa sampe lebam-lebam yak? #tanyakenapa). Ketika orang-orang kantor bertanya kenapa lengan saya lebam, saya cuman bilang keserempet metromini.. Yess, segitu saya ngebelain dia dan ngga mau kalau orang-orang tau kalau dia yang melakukan hal itu.
Suatu hari, saya lagi main-main ke tempat teman dan ngobrol sama Ibunya tentang keluarga, pernikahan, dan lain-lain. Entah dari mana awalnya, tiba-tiba beliau bilang sama saya: "Cowo itu harusnya menjaga cewenya, sekali dia mukul, akan terus mukul tanpa disadari. Kalau masih pacaran aja udah mukul, apalagi nanti setelah nikah?"
Disitu saya seperti tersadar, padahal saya ngga cerita apa-apa sama beliau, kok bisa tau ya..
Trus beliau juga bilang: "Kalau kita berani, ngga akan ada cowo yang berani mukul kita. Kalau dia pukul, balas pukul biar dia tau kalau kita ngga takut! Meskipun pasti tenaga mereka lebih kuat, tapi lawan, jangan diam aja"
Ketika akhirnya cowo yang saya idolakan ketahuan selingkuh, disitu saya berani nampar dia hahaha.. #eh meskipun akhirnya saya balik dianiaya sama dia.. But I make a statement that day, you cannot hurt me anymore.. Loe.. Gueh.. End! (yaiyalah masa udah digituin masih tetep mau sama dia.. duh rugi).
Baca: If I Could Turn Back the Hand of Time
Pengalaman pertama dan kedua mengenai kekerasan terhadap perempuan alhamdulillah membuat saya lebih kuat dan menjadi individu yang jutek seperti sekarang ini hahahahaha.
Tapi sayangnya, ternyata masih ada eman-teman saya yang mengalami kekerasan saat pacaran dan ketika rumah tangga :( Rasanya sedih ketika ada teman yang memberitahu saya bahwa hidungnya patah, kepala bocor, leher lebam, tangan patah karena kekerasan suaminya... Belum lagi trauma yang dirasakan oleh anak-anaknya karena melihat Ibu mereka dianiaya oleh Bapaknya, saya jadi flash back ke jaman saya kecil dulu.
Sulitnya nasihat apapun yang saya berikan selalu termentahkan, karena teman saya memikirkan anak-anaknya. Sulit melepaskan diri dari suami karena anak-anak masih sekolah dan alasan-alasan lain.
Saya jadi ingat sama nyokap dulu, pantas saja beliau meninggalkan kami dan pindah rumah, karena beliau harus menyelamatkan dirinya dulu daripada mendapatkan perlakukan seperti itu terus. "Nyawa Mamih harus diselamatkan dulu, baru Mamih nyelamatin kalian.. Mamih tau Bapak kalian ngga akan mukulin anak-anaknya" begitu ujarnya dulu.. Terbukti setelah nyokap memiliki tempat tinggal dan terasa aman untuk anak-anak, kami semua diboyong dan pindah tinggal bersama nyokap. Mungkin keputusan ini menurut orang lain tidak ideal, tapi keselamatan nyokap harus diutamakan, karena siapa yang akan melindungi anak-anak nanti, apabila nyokap ngga selamat...
So please, tulisan ini saya tujukan untuk teman tersayang yang sedang melewati masa-masa tidak menyenangkan dalam hidupnya. Saya tahu kamu kuat, menahan pukulan-pukulan yang dilayangkan padamu, tapi seberapa kuat tubuh itu akan menerimannya? Seberapa lama anak-anak harus melihat Ibunya berdarah-darah dan terkapar lemah? Saya mohon, stand up, be brave dan katakan stop pada kekerasan yang kamu alami...
Dukungan teman dan keluarga tentunya akan sangat berarti untukmu, jangan hanya diam, bicaralah, beranikan dirimu, seorang suami yang menyayangi dan menghargai perempuan tidak akan pernah menyakiti istrinya seujung jaripun, apalagi jika dia mengingat bahwa dia dilahirkan dari rahim Ibunya yang perempuan, dan rahimmu telah melahirkan anak-anak cantik yang juga perempuan..
Kekerasan dalam rumah tangga bukan masalah kecil, tolong dirimu sendiri... Apabila kamu butuh bantuan, kamu bisa menelepon KOMNAS Perempuan 021-3903963 atau email mail@komnasperempuan.go.id atau kamu mau aku yang telepon pun bisa, tapi tolong, enough is enough...
To my dearest friend...
Please help us to help you..
Perempuan memang harus diberi bantuan hukum jika mengalami hal beginian, karena secara fisik kita tidak mampu melawan
ReplyDeletebanyak yg ngga tau mengenai hal ini mba... itu yg sangat disayangkan, padahal bantuan hukum ada banget bagi para perempuan :(
Deletesedih banget bacanya ðŸ˜ðŸ˜ kondisi akan sll dijadikan alasan untuk bertahan pdhl psikologis anak2 jg dipertaruhkan ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
ReplyDeleteIya neng, tapi yah kita ngga tau jg ya apa pemikiran temanku itu... Tiap orang pny keputusan masing2, tapi ya itu.. ngga tega liatnya kalau terus2an dipukulin..
Deletedulu ada temenku, cewe, pas pacaran juga alami kekerasan dalam pacaran, matanya ditonjok.. tapi karena cinta dia sabarin eh sekarang udah brojol anak 2.
ReplyDeletetrus masih bertahan sampe sekarang? Masih tetep dipukulin ngga ?
DeleteSerem mamih. Ada tetangga itu sampai masuk rumah sakit gara-gara dianiaya suaminya.
ReplyDeletehiks.. banyak mba... tapi biasanya para perempuan itu ngga sadar bahwa jiwanya bisa melayang karena itu.. :(
DeleteDuuh aku pengen bikin postingan kayak gini juga, tapi gimana ya.. orangnya masih ada dan aktif sosmednya, haha.
ReplyDeletePokoknya kalau dari pacaran aja udah menunjukkan sikap gak ngehargai wanita mending tinggalin, masih untung cuma lebam, kalau nyawa sampai melayang gimana?
Bahkan kadang kematian pasangannya pun sama sekali gak membuat mereka sadar, aku udah ngalamin sendiri.
ini sebenernya udah aku tunda2.. tapi ngga kuaaat, biar orangnya baca :(
DeleteIya bener, kematian pasangan kadang ngga membuat yg memukuli sadar.. Jadi para perempuan lah yg harus bangkit & berani (harusnya..)
Dulu, aku punya teman dekat yang kalau marah tuh senang mengeluarkan kata-kata kasar dan kebun binatang. Orangnya emosian sih memang. Nggak sampai mukul aku sih, cuma serem aja kalau dia marah tuh seperti kesetanan gitu. Aku juga nggak tahan dengan kekerasan verbalnya :(
ReplyDeleteKata2 kasar jg kan termasuk kekerasan verbal mba injul.. aku pun ngga akan tahan dengernya.. hiks.. takutnya nanti semakin lama malah menjurus kekerasan fisik...
DeleteHuaaaaaa... aku pengen nulis kayak gini. Pengen banget. Setuju banget dengan tulisannya. Ayo lawan kekerasan. Jangan diam saja. Kasian anak-anak. Tumbuh di keluarga yang gak sehat. :(((((
ReplyDeletehiks.. tapi kumaha atuh niiiii....
DeleteBaca ini, aku inget bodohnya aku dulu.. Kalo kamu beruntung, ga sampe nikahin cowonya, aku sempet san :D. Ex suami pertama pas pacaran mah slaku baiik. Apalagi kakak kelasku. Tau bangetlah luar dlm istilahnya.. Stlh nikah agak berubah, jd super posesif. Tuduhannya lama2 gila. Lagi naik motor misalnya, trs pas turun dia nuduh, aku ngeliatin cowo di lapangan basket yg dilewatin katanya, kliatan dr spion. Aku ampe bengong, sekuat apapun aku inget, ga ngerasa samasekali aku ngeliatin co. Tp aku cendrung ngalah. Dulu. Apapun tuduhan posesif dia, aku diem aja. Makin parah pas aku keterima kuliah di malaysia. Dengan izin dia loooh aku pergi. Tp kok ya kumat juga.
ReplyDeleteAku g jawab smsnya krn sdg ujian, ato sdg ada kls, dituduh lg jalan ama student cowo lain. Sampe kemudian mulai berani maki, dibilangin bitch lah.. Aku msh sabar.. Tp kemudian temen di aceh ngabarin kalo dia ngeliat suami sering jln ama cewe lain.. Dan ketahuannya pas dia slh kirim sms, utk ce itu, tp ke aku. Hahahahahaha..
Disitu san, mataku kebuka. Ga ada cerita maaf, ga peduli dia ngomong ato berdalih apa, aku udh ga mau lg dibodohin. Cerai!! Untung banget g ada anak waktu itu. Jd semua proses gampang. Krn aku ga mau lg ada urusan ama dia :) .tapi san, seandainya nih aku ada anakpun, aku bukan tipe penakut yg ga mau ninggalin co yg kdrt k aku. Ttp cerai. Makanya plislah utk ce yg mikir takut bakal ksh makan apa k anak kalo sampe cere, tkut anak bakal direbut, takut ini, takut itu, ubah dulu mindsetnya. Mikirnya jgn gitu, tp gimana caranya kita bisa mandiri, bisa lepas dr co kasar penakut yg cm berani ke ce. Pikir ttg kebahagian kamu sendiri. Ga ada org yg berhak disakiti. Lawan kalo kamu dikasarin. Emang mentang2 suami trs dia berhak mukulin??? Rasul aja selalu lembut ama istrinya.. Kecuali kamu memang ga butuh bahagia, oke fine.. Tp kalo ada anak, pikiran ank jg. Mereka jg berhak hidup tenang tanpa takut ama triakan ortunya yg berantem tiap hari :(
Hufft... Jd curhat san... -_-
kadang cinta suka bikin buta fan... tapi alhamdulillah udah ngga lagi sama yg dulu ya, ada jalannya dan sekarang nemuin yg lebih baik :)
DeleteAku pun kl kejadian kayak gini pasti akan lagsung cabs, mau jadi apa nanti? secara tenaga cowo gede, sekali gebok bisa pingsan kali..
Cuman ya itu, tiap perempuan beda2 pemikirannya, kita ngga bisa memaksakan kalau dia udah pny pemikiran sendiri :(
fyuh...kadang semua buta karena cinta dan kepentingan apalagi ada anak2. aku pernah dulu di posisi gitu dan sekarang dah bisa move on
ReplyDeletesemoga banyak yang bersuara dan laki2 lebih ngehargai wanita
nyokapmu pintar mak top
alhamdulillah cha udah bisa lepas & move on dari situasi kayak gini..
DeleteSebagai ibu sekarang tugas kita mengajarkan anak2 kita menghargai semua orang, laki2 atau perempuan :)
Emak aku emang pinter, tapi anaknya sempet bodo :D
sedih, miris, ga tega bacanya mbak... semoga temen mbak kuat dan berani bicara.
ReplyDeleteAamiin ya Allah YRA, semoga ya temen aku kuat ya mba :)
DeleteMamih.....pukpuk mamih...
ReplyDeleteIyaaa ayo yg merasa dianiaya, segera speak up. Tapi...ada juga yg karena saking seringnya dikerasin sama pasangan, dia jadi nganggep itu hal biasa. Dan menurutku, kekerasan bukan hanya soal fisik, kalo dia udah bully secara psikis dgn merendahkan, tiidak menafkahi, jatuhnya tetep kekerasan juga kan?
Iya dong na, udah dibully, direndahin ngga dinafkahin.. cowo macam apa itu???
DeleteKebanyakan tetap bertahan krn mikirin anak2 :(
ReplyDeleteiyes... biasanya kebanyakan gitu, sampe ngga mikirin dirinya sendiri
DeleteJadi mantan anu eta teh kasar oge mih? Hiii..
ReplyDeleteAku mah ndak perlu diceritain lah ya mih da udah tau.
Sudah melewati masa-masa di 'kasar' in itu. Hahaha.. Sekarang mah, semoga dapat jodoh yang bener-bener tulus, nggak kasar, dan takut sama Allah. Aamiin :')
yup ness :D
DeleteAamiin, aamiin, semoga nessa mendapatkan jodoh yg soleh & terbaik dari Allah ya :)
huaaaa mau peluk duluuu mami Sandraa!
ReplyDeleteAku ada teman dekat yang sedang mengalami hal serupa, gakj cuma KDRT suaminya jg ketahuan selingkuh tapi play victim gt tapi dia tetap mempertahankan RT-nya dgn alasan anak dan percaya suaminya bakal berubah, aku cm bisa mendoakan semoga dia tetap Allah kuatkan hati dan fisiknya :((
Peluk cium jugaaak
DeleteBiasanya banyak istri yg luluh gitu sih.. semoga anak2nya ngga kenapa2, karena akan sangat nyesel kalau anak yg jadi korban :(
sedih bacanya ini, perempuan memang lemah untuk melawan terutama dengan laki-laki yang sdh berbuat jahat tapi ia masih cintai, tidak berdaya padahal punya kekuatan luar biasa yang tidak disadari.
ReplyDeletemdh2an tulisan mbak ini bisa memotivasi untuk perempuan yang belum atau sudah menikah untuk tidak takut melawan kekerasan pada perempuan.
aamiin, aamiin mba.. emang pengennya para perempuan yg sempat baca ini dan sedang mengalami kekerasan mulai bangkit & ngga lagi diam ketika dianiaya :)
DeleteHuhu heartbreaking story :'((( aku juga selalu ngepush temen2 aku yg mengalami kdrt untuk speak up, lapor ke komnas ham. Karena aku yakin pelaku kdrt udh kayak punya habit yg ga mungkin bs hilang, dan lama2 menganggap itu sbg hal yg biasa. :(
ReplyDeleteIya no, tapi jarang banget yg lapor ke komnas ham... harus ada intervensi dari org luar utk menyadarkan dan ikut bantuin biar semua kekerasannya terhenti hiks..
DeleteDi lingkungan terdekat saya sendiri juga ada yang begitu. Dia tau kalau dia disakiti tapi gak berani ninggalin suaminya. Alasannya, kasihan kalau anak-anaknya jadi anak broken home.
ReplyDeleteSetuju, kita udah ngomong sampe jungkir balik pun sia-sia kalau korbannya gak mau lepas dari itu semua karena alasan takut ini-itu. Padahal sebetulnya kalau dicoba akan mampu
iya mba... kebingungan mikir nanti kl pisah sama suami bakal gimana jg kadang jadi faktor tetap bertahan.. Mau sampai kapan coba suaminya kek gitu :(
Deletesedih bacanya mih... sampe speechless euy.. semoga temennya mamih segera tersadarkan dan semoga perempuan2 lain bisa kuat dan mau melawan kekerasan yang terjadi sama diri mereka
ReplyDeleteaamiin, semoga dia tersadar nik... emang susah memutuskan rantai kekerasan ini, apalagi kalau melibatkan anak & keluarga :(
DeleteHuhuu...jadi sedih baca ini. Aku sendiri belum pernah dan jangan sampe deh ngalamin hal-hal kayak gini. Tapi aku akan melawan seandainya mengalami kekerasan seperti itu..
ReplyDeleteHug Mami Raya
Iya mba, semoga keluarga kita selalu dilindungi Allah SWT dan dijauhkan dari hal2 seperti ini.. aamiin
DeleteHalo Mbak Sandra,
ReplyDeletePerkenalkan, saya Elwi, asisten kampanye di Komnas Perempuan. Terima kasih telah berbagi cerita ini. Tidak mudah memang untuk lepas dari lingkar kekerasan. Cerita ini sangat menguatkan para korban di luar sana untuk berani keluar dari kekerasan yang dialaminya!
Salam,
www.hidupnyaanakkomunikasi.blogspot.co.id