The Freedom of Having an Only Child

Setelah 1 tahun 1 bulan 8 hari melahirkan Raya, banyak pertanyaan-pertanyaan mengenai "kapan adiknya Raya lahir?"

dan saya selalu jawab "Emang harus??" XD

Menurut analisa tong sampah saya, orang Indonesia itu cenderung terlalu kepo & mencampuri wilayah pribadi orang lain. Dari urusan punya pacar, nikah, punya anak, nambah anak, berat badan, umur, sampe hal-hal detail lainnya ditanyain. Teman saya bilang sih, kemungkinan itu orang ngga ada obrolan lain, tapi pliiiis deh... Kalo ngga ada obrolan lain ya udah diem aja sik, ngga perlu basa-basi yang bikin ngga hepi #kokjadisewoot

Saya sendiri selalu mencoba tidak menghakimi orang dengan keputusan orang tersebut. Contoh, dikantor ada satu teman yang sepakat tidak memiliki anak dengan suaminya, semua orang nanyain kenapa sih? Saya suka gemes balik nanya sama mereka, emang kenapaaa?

Semua keputusan pasti sudah dipikirkan matang-matang, ya udah sik ngga perlu kepo & sok-sokan nyaranin macem-macem. #maafyaaa

Kalau mau ditanya, kenapa saya belum minat nambah adik buat Raya, ini alasannya: 

Jika anak ngga punya saudara, beberapa orang kadang berpikir ada alasan-alasan tersembunyi: ngga suka jadi ortu (alias egois), terlalu mentingan status, kerjaan, uang & masalah keduniawian daripada anak (alias egois), atau ortu tersebut cukup menunda untuk mendapatkan anak (alias egois).

Sebut saya egois, or anything you want... hehehe, saya ngga peduli. Yang pasti saya & Abah udah sepakat untuk fokus pada Raya dulu.

Adalah hak & kebebasan orang lain untuk bisa bertanya kapan Raya akan mendapatkan adik, tapi pilihan 'hanya' memiliki Raya juga merupakan hak & kebebasan saya & Abah sebagai orang tua.. Jadi tolong dihargai dan dimengerti :)

Making the decision to have a child is momentous. It is to decide forever to have your heart go walking around outside your body - Elisabeth Stone