Kemarin, seorang sahabat sempat curhat mengenai lika liku pernikahannya dan minta nasihat ke saya. Terus terang agak kaget, karena saya bukan orang yang tepat untuk memberikan nasihat pernikahan pada sahabat saya. Tapi, sahabat saya bilang, ingin sharing aja, karena sepertinya pernikahan saya dan Abah terlihat adem-ayem dan senang-senang aja.
Tentu saja saya mendengarkan curhatan sahabat saya & memberikan nasihat sebaik mungkin. Selain itu saya berikan pandangan dari sisi kita sebagai orang islam dan pengalaman saya yang masih sangat minim selama menikah 7thn ini. Alhamdulillah sahabat saya senang mendengarkan pendapat saya :) Padahal saya sudah panas-dingin, karena takut salah... dan berusaha memberikan masukan sebijaksana mungkin & tidak memihak (urusan pernikahan ini masalah berat, kalau saya salah ucap & sahabat saya tambah pusing kan kasihan).
Terlepas dari curhat sahabat saya. Saya jadi flash back ke belakang... Gimana saya bisa melewati waktu 7 tahun sama Abah? Dan yang pasti, jauh dari adem ayem hehehehe. Emang bener, rumput tetangga itu selalu terlihat lebih bagus, hijau & rimbun. Padahal orang luar pasti hanya melihat dari luarnya saja. Bagaimana jatuh bangunnya merawat rumput tersebut sampai bagus & rimbun kan orang luar ngga ada yang tau... Taunya udah bagus aja & kelihatan hepi aja :)
Selama ini kita tidak pernah diberikan pelajaran atau pendidikan tentang pernikahan (dan juga mendidik anak). Happy ending itu harusnya bukan terjadi ketika sang putri menikah dengan ksatria. Tetapi happy ending itu harusnya terjadi ketika sang putri bisa melewatkan hari tua bersama dengan ksatria sampai akhir.
Bagaimana caranya agar bisa happy ending?
Saya mengibaratkan pernikahan itu seperti tanaman / si rumput yang selalu dibilang tetangga lebih hijau :D Bagaimana agar tanaman kita lebih hijau dan bagus? Ya dirawat, dicintai, dipupuk, disayang, disiram air, diberi cukup cahaya. Ketika ada ulat / serangga yang merusak, diberi pembasi hama & tetap disayang, bukan dibuang & dimatikan...
Sama juga dengan pernikahan... Pernikahan itu menurut saya, banyak level cobaannya. Ada yang dikasih cobaan diawal, pertengahan, diakhir... Ada juga yang adem-ayem dari awal sampai akhir :)
Yang pasti saya membahas ini bukan sok jadi expert tentang pernikahan yaaaa.. hihihihi. Hanya ingin menyampaikan apa pendapat saya saja gara-gara curhat sahabat.
Saya nulis ini juga sebetulnya untuk diri sendiri, agar lebih sabar, ikhlas & bisa memupuk pernikahan saya & Abah sampai akhirnya happy ending. Karena terus terang saya kadang masih suka terbawa esmosi. Tapi seiring bertambahnya usia pernikahan, saya & Abah bisa lebih saling mengerti & paham dengan pribadi & kebiasaan masing-masing. Kalau ada kesalahan atau hal yang bikin kesel, cepet-cepet lupain atau kalau masih mangkel dibahas baik-baik disaat yang tepat & suasananya lagi enak.
Apalagi sekarang ada Raya, saya & Abah sepakat ngga berantem depan Raya (meskipun kadang-kadang berantem kecil juga) dan memberikan contoh baik buat Raya (meskipun kadang kluar juga yang ngga baiknya).
Pernikahan adalah usaha, usaha suami & istri untuk membina & memupuk keluarga. Mau dibawa kemana pernikahan tersebut, hanya suami & istri yang tau & bisa menjawabnya. Tentu ada faktor luar seperti keluarga yang dapat memperngaruhi. Tapi menurut saya, core inti - istri & suami - harus tetap kompak & bersatu jika sedang diberikan cobaan untuk naik level.
Saya mendoakan sahabat saya agar semua permasalahannya selesai dengan baik, dibukakan rejekinya, diberikan keikhlasan untuk menerima & suaminya dibukakan pintu hatinya untuk menerima kebaikan & masukan sang istri :)
Huaaah panjaaaang, tumben... Udah lama ngga nulis panjang-panjang gini. :)
Maaf kalau ngalor ngidul ngga jelas :D
Maaf kalau ngalor ngidul ngga jelas :D
Udah lama ngga pernah poto berduaan lagi... Kemarin liburan juga ngga ada poto berdua :D